Kamis, 18 Juli 2013

Mengejar Cita-Cita..... Part 1

Sebenarnya saya belum tahu, malah bahkan tidak tahu apa kapasitas saya. Di Kepolisian sudah jelas strata kepangkatan saya. Seorang Bintara. Golongan paling rendah (walaupun beberapa tahun ini diaktifkannya kembali Tamtama untuk mengisi kepangkatan di Kepolisian). 

Ni Foto saya berpangkat Bintara hahahaha

Dan, sudah menjadi kodratnya kalo Bintara itu adalah Worker, pesuruh, dikongkoni. Padahal saya bukan tipe orang yang suka diperintah, terikat dengan aturan yang baku, bahkan dengan aturan Militer (Polisi masih banyak mengadopsi aturan Militer). Terlalu ribet Birokrasi yang harus saya alami. Berbelit-belit dan memusingkan. Mungkin itulah dinamika kerja di Instansi Pemerintahan. Pimpinan seperti raja dan selalu benar. Seolah Bintara adalah golongan yang harus selalu dipersalahkan, dan harus menanggung semua beban pekerjaan.

Kalo dirunut kebelakang, sebenarnya apa sich motivasi saya masuk Kepolisian. Sampai sekarang pun saya belum tahu, dan bahkan tidak tahu (lagi-lagi). Apa maksud dan tujuan saya masuk Polisi. Karena itu bukan passion saya dari kecil. Cita-cita dan keinginan saya dari kecil, dari SD adalah jadi Dokter. Menjadi Mahasiswa Fakultas Kedokteran, dan lulus menjadi Dokter. Masuk SMP pun cita-cita yang sudah terlanjur tergantung di benak itupun tak pernah saya revisi atau saya rubah. Tetap satu. KEDOKTERAN. Bahkan saya tingkatkan lagi, harus masuk Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (teramat muluk-muluk memang). Padahal masuk Kedokteran manapun tak masalah bagi saya. Hingga beranjak remaja di SMA pun menjadi Dokter tetap menjadi Primadona bagi saya, teramat mewah bagi saya, dan terawat sakral jika harus saya rombak lagi impian yang sudah saya susun sedemikian rupa ketika masa kecil saya hingga SMA. Karena itu merupakan hak yang harus saya perjuangkan untuk kehidupan saya yang lebih baik nantinya.
                                    (Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya)

Namun ditengah perjalanan mengarungi masa SMA, sepertinya harus saya ubah impian yang begitu teramat berharga. Karena Ayah menyarankan saya untuk mendaftar Akademi Kepolisian (AKPOL) yang merupakan jenjang karir tertinggi di Kepolisian. Sekolah pencetak Perwira terbaik yang akan mengisi jabatan strategis nantinya di tubuh Kepolisian Republik Indonesia. Tapi lagi-lagi, karena begitu lekatnya cita-cita yang yang dari dulu saya kejar saya harus beragumen dengan Ayah tentang masa depan saya. Antara mengikuti kata hati ataupun kata orang tua.

Akhirnya saya putuskan, saya ambil titik tengah. Saya mendaftar Kedokteran dan juga mendaftar Akademi Kepolisian. Tergantung mana nantinya yang lulus. Saat SPMB pun (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) saya memutuskan mengambil 3 Pilihan : Kedokteran UNAIR, Kedokteran Sam Ratulangi (jauh amat di Manado) dan Sastra Rusia di UI. Ditengah jalan pun saya sempatkan mengikuti seleksi Akademi Kepolisian di Surabaya. Saya mati-matian belajar, supaya apa yang saya inginkan bisa tercapai..
Selama 1,5 bulan mengikuti bimbingan belajar di SSC Surabaya dengan begitu banyak persaingan di kelas yang mayoritas memang ingin masuk Kedokteran (mayoritas).
Tiba waktu tes pun saya kerjakan sebisa saya, semampu saya. Apa yang sekiranya susah ya saya kosongkan.

Tibalah waktu pengumuman SPMB...
Dan, saya tidak Lulus Kedokteran.....




Tidak ada komentar:

Posting Komentar